baca part sebelumnya disini
“Anton…” Tegur Nana mendahului. Melihat Nana yang mengenal Anton membuat kedua sahabatnya curiga. Tidak mau ada kesalahpahaman diantara mereka Nana menjelaskan dia kenal Anton saat tadi tidak sengaja bertabrakan dengannya. Mengetahui Anton anak baru Cesil dan Sasya bertanya dimana kelas Anton.
“Anton…” Tegur Nana mendahului. Melihat Nana yang mengenal Anton membuat kedua sahabatnya curiga. Tidak mau ada kesalahpahaman diantara mereka Nana menjelaskan dia kenal Anton saat tadi tidak sengaja bertabrakan dengannya. Mengetahui Anton anak baru Cesil dan Sasya bertanya dimana kelas Anton.
“kelas XIIIPA-1” ucap Anton.
“wah… berarti kamu sekelas sama kita
bertiga” ucap Sasya senang.
Perkenalan pertama mereka tidak
membuat mereka canggung saat bertemu. Dengan tiga sekawan yang ceria ini Anton
sangat mudah bergaul dengan mereka. Dikelas Anton duduk sebangku dengan Nana
yang menawarinya duduk bersama. Saat jam pelajaran terlihat Anton sepertinya
murid yang cerdas dan berprestasi tak kalah dengan Nana yang tidak menyukai
pelajaran tapi selalu mendapat nilai yang bagus, karena setiap kali ibu guru
memberi pertanyaan Anton bisa menjawabnya tanpa ragu-ragu. Anton memang berasal
dari sekolah yang bagus di ibu kota. Nana dan sahabat-sahabatnya merasa tak
canggung lagi untuk berteman dengan Anton.
Anton tak seperti para siswa
laki-laki yang lain yang suka adu kekuatan dan adu ketampanan. Tak heran pula
dari ia pertama masuk sudah banyak yang meliriknya tapi Anton tetap bersikap
ramah seperti biasa.
Hari pertama Anton disekolah ini
adalah hari yang menyenangkan baginya, begitu juga dengan Cesil dan Sasya yang
diam-diam mengaguminya. Bel tanda usainya pelajaran berbunyi, Nana sudah
dijemput Kak Aga yang mengendari mobil kakaknya. Tapi dia khawatir dengan Anton
yang belum dijemput oleh sopirnya. Tak lama kemudian mobil jemputan Anton pun
datang. Nana bisa pulang dengan perasaan lega.
“cowok yang tadi pacar kamu ya, Na?”
Tanya Agasi dengan senyum.
“bukan kok kak, itu murid baru
disekolah Nana yang kebetulan juga satu kelas dengan Nana” jelas Nana.
“tapi dia ganteng juga, cocok sama
kamu Na”
“kak Aga, dia cuma teman aku aja” seru
Nana.
Sudah hampir 3 bulan hubungan
keluarga Nana dengan Aga semakin dekat. Nana juga semakin akrab dengan Aga,
mereka sering kontak BBM ataupun telpon-telponan bahkan sering jalan bareng
bila mereka ada waktu untuk keluar. Sesekali mereka juga mengajak kak Rendy
untuk menemani mereka jalan. Kak Rendy tak banyak bicara saat mereka jalan
bertiga. Nana terlihat begitu sayang kepada Aga. Begitupun sebaliknya, Aga juga
terlihat sangat perhatian dengan Nana, adik temannya sendiri.
Kali ini mereka bertiga jalan ke
Malang tempat nenek Nana dan Rendy tinggal. Tak lupa Nana juga mengajak kedua
sahabatnya karena sekolah sedang diliburkan 1 minggu. Mobil terasa penuh karena
barang-barang yang dibawa lumayan banyak karena rencananya mereka akan menghabiskan
waktu di Malang selama 6 hari. Sekitar 3 jam perjalanan, merekapun telah sampai
dirumah nenek Nana, nenek yang melihat cucu-cucunya datang sangat bahagia
ditambah mereka membawa teman-temannya.
Nenek membuat minuman untuk
tamu-tamunya. Tidak ingin menyianyikan waktu, mereka berjalan ke teras rumah
nenek dan melihat indahnya kota Malang. Saat Cesil, Sasya dan Kak Rendy sibuk
berfoto9 Kak Aga meraih tanganku dan menggenggamnya membuat
Nana terkejut.
“Nana, pemandangan disini indah ya?”
“ehh… i… iya kak” ucap Nana gugup.
“disini serasa diPuncak deh Na”
“masak sih kak, emang kakak udah
pernah ke Puncak?”
“udah sih tapi cuma sekali”
“pasti enak ya kak disana?”
“iya, Na” Agasi mengelus rambut
panjang Nana yang tergurai.
Setelah agak lama bercakap-cakap,
Agasi mengeluarkan ponsel yang ada di saku jaketnya untuk menyempatkan berfoto9 dengan Nana.
Entah sengaja atau tidak, tangan Aga merangkul pundak Nana dengan lembut
membuat jantung Nana berdetak semakin tak beraturan. Mereka tersenyum ke arah kamera begitu
juga Nana yang ingin berfoto bersama Aga denngan ponselnya.
Malam harinya, Nana masih terpikir
hal apa yang terjadi tadi siang. Nana merasakan hal yang tidak wajar, ia bertanya pada dirinya sendiri. Apakah aku menyayanginya selama ini. Atau
aku mencintainya? Mungkin. Tapi apakah aku berani mengungkapkan hal itu?. Aku
tidak sanggup bila harus memendamnya sendiri. Pertanyaan itu selalu ada di
pikiran Nana. Hingga makan malam bersamapun Nana hanya diam dan tidak berani
memandang Aga. Saat Nana duduk diteras dan memandang bintang-bintang dilangit
dengan penuh tanya Aga datang menghampirinya.
Mereka berdua mengobrol dibawah
rembulan malam. Nana yang sudah tidak sanggup memendamnya cintanya lalu
mengutarakan cintanya pada Aga. Aga yang tidak tahu harus menjawab apa hanya
bisa memeluk Nana. Tidak jauh dari mereka kak Rendy sedang mengamati adiknya
yang sedang menyatakan cinta pada temannya.
Sudah 2 minggu ini Aga jarang ke
rumah Nana membuat dirinya gelisah. Saat di sekolah kedua sahabatnya
menghiburnya begitu juga dengan Anton. Tidak ingin temannya terus terlarut
dalam kesedihannya Anton mengajak Nana pergi menonton Film kebetulan kakaknya
memberinya tapi ia tidak bisa mengajak Cesil dan Sasya karena ia hanya punya 2
tiket saja. Cesil dan Sasya kecewa tapi walaupun begitu mereka tidak
mempermasalahkannya lagipula mereka juga tidak ingin Nana sepert ini.
Saat berjalan disekitar gedung
bioskop, mereka tidak sengaja bertemu dengan Aga. Nana melihat Aga tidak datang
sendiri melainkan dengan seorang gadis yang sepertinya pacarnya. Anton yang
melihat itu mencoba menghalangi Nana untuk bertemu dengan Aga namun telat baginya
karena Aga juga sudah melihatnya. Nana bicara empat mata dengan Ega.
“sekarang kamu tahu kan kenapa aku
tidak menjawab cintamu?” Tanya Aga. Nana mengangguk sedih.
“jika kakak sudah punya pacar kenapa
kakak selalu bersikap seperti itu padaku?” Aga hanya bisa minta maaf.
“seharusnya kakak tidak perlu
bersikap seperti padaku. Karena sikapmu itu aku menyukaimu dan terus menerus
menunggumu yang hilang selama 2 minggu ini”.
“maafkan aku” ucap Aga.
“saat aku menyatakan cinta padamu
seharusnya kamu menolakku langsung bukannya memelukku dan menghilang setelah
itu” Nana menangis.
“sekarang aku tahu apa yang harus ku
perbuat, seperti teman-temanku bilang aku harus melupakan dirimu dan menganggap
apa yang pernah kamu lakukan itu hanya sebagai hubungan kakak dengan adiknya
bukan sebagai pria dan wanita” Nana menghentikan tangisannya dan melangkah
pergi mencari Anton. Anton yang menyadari Nana mencoba menyembunyikan
tangisannya memberinya pelukan. Dalam dekapan Anton, Nana tak kuasa menahan air
matanya dan menangis.
“tidak apa-apa disini masih banyak
yang peduli denganmu” Ucap Anton menenangkan Nana. Dalam tangisnya Nana memohon
agar Anton merahasiakan masalanya. Anton mengangguk meyetujuinya.
Dirumah Susana hati Nana belum
stabil, ia terus menangis. Kak Rendy yang melihat adiknya ikut sedih. Bagaimana
juga dia merasa bersalah dengan hubungan Nana
dan Aga.
2 minggu lalu.
Setelah melihat pernyataan cinta
adiknya kepada temannya. Kak Rendy menghampiri Aga, ia menyalahkan temannya
yang membuat adiknya jatuh cinta dengannya.
“sudah kubilang seharusnya kamu
tidak bersikap berlebihan pada adikku” ucap Kak Rendy.
“adikku sangat polos jika kamu terus
bersikap seperti itu padanya dia akan salah paham denganmu seperti ini” Aga
hanya bisa menatap temannya yang terus memarahinya.
“lalu apa yang harus kukatakan pada
adikku sekarang?” Tanya kak Rendy.
“berkata bahwa dirimu sudah memiliki
pacar dan adikku harus menyudahi hubungannya denganmu? Huh?”
“aku tahu. Tapi jika kamu mengatakan
seperti itu pada adikmu dia pasti akan sedih. Kamu tenang saja aku akan
tanggung jawab aku akan menghilang dari Nana dan kalian”
Kak Rendy sedih mendengarnya. Bukan
maksudnya dia harus menjauh dari Nana dan keluarganya tapi hanya saja dia tidak
ingin melihat adiknya terluka walaupun mereka sering bertengkar tapi Rendy
tetaplah kakak yang harus melindungi adiknya. Kak Rendy bingung harus berbuat
apa dia tidak ingin adiknya terluka tapi dia juga tidak ingin hubungan adik dan
temannya berakhir.
Sudah 3 hari berlalu, Nana terus
saja bersedih dia tidak semangat berangkat sekolah. Kedua sahabatnya dan Anton
datang menghapirinya. Nana yang tidak ingin rahasianya diketahui mencoba
bersikap biasa kepada teman-temannya. “diluar dia bersikap biasa saja tapi
dalam hatinya ia terluka” bisik Anton dalam hatinya.
“Na, kita jalan yuk? Ku dengar hari
ini film terbaru Zack Efron dirilis” ajak Cesil.
“iya nih sekalian aku kangen makan
bareng diluar” Nana menyetujuiya.
Merekapun menonton film terbaru di
bioskop. Saat masuk ke ruang theater mereka dikagetkan dengan begitu banyak
pasangan yang menonton film bersama. Wajar saja karena film yang mereka tonton
kali ini memang film yang pas buat muda-mudi berpacaran.
“coba kak Aga tidak sibuk pasti kamu
bisa nonton bersama seperti mereka, Na” Sasya menunjuk salah satu pasangan
dekat mereka. “andai saja mereka tahu, orang itu tidak sibuk melainkan
meninggalkan Nana dan memiliki wanita lain” batin Anton. Anton hanya bisa
mengelus rambut Nana. Nana membalasnya dengan senyuman.
Nana berniat membersihkan semua
kenangan yang dia miliki bersama Aga. Dia menghapus semua foto mereka saat
berdua, tidak pernah menanyakan keberadaan kak Aga pada Kakaknya, menghapus
nomornya, menghapus kontak BBM dan lain-lainya. Berbeda dengan Aga yang mulai
dilupakan oleh Nana, Anton berada dalam keadaan sebaliknya. Dia menjadi sangat
dekat dengan Nana. Jika biasanya dia pergi bersama dengan Nana dan dua sahabat
lainnya sekarang dia sering keluar bersama hanya berdua tentunya tanpa
sepengetahuan keluarga dan sahabatnya.
“Apa yang sedang kamu lakukan?”
tulis Nana pada pesannya.
“sedang membaca buku” balas Anton.
“Harry Potter lagi?” tanyanya.
“Ya, apa yang kamu lakukan
sekarang?” balik Anton.
“bukankah kamu sduah membaca novel
itu lebih dari tiga kali? Harry Potter pasti sudah merasuki otakmu. Aku? Bersiap
untuk tidur”
“ya, kamu benar aku sungguh
tergila-gila dengan Harry Potter. Andai saja aku memiliki sihir sepertinya
pasti aku sudah bisa mendapatkan apa saja yang aku mau dengan mudah”
“memang apa yang inginkan?” Tanya
Nana.
“Aku menyukai seseorang tapi aku
tidak berani mengungkapkannya. Gadis itu belum lama ini dicampakan oleh
kekasihnya. Aku takut jika aku mengungkapkannya dia tidak menerimaku” jelas
Anton.
Nana sedih mendengarkan sahabatnya
yang sedang jatuh cinta tapi tidak berani mengungkapkannya. Tapi Nana tertarik
dengan wanita yang diceritakan Anton karena kisah gadis itu seperti yang ia
alami.
“siapa gadis itu? Kenapa kamu tidak
pernah mengenalkannya padaku dan yang lain? Sepertinya nasibnya sama denganku,
kekekeJ”
“kenapa
kamu masih bertanya siapa gadis itu? Bukankah itu sudah jelas dirimu? Siapa
lagi orang yang selama ini bersamaku?” bisik Anton dalam hatinya setelah
membaca pesan dari Nana.
“Jika aku sudah siap aku akan
mengenalkannya padamu. Aku sudah selesai membaca jadi mari kita tidur”
“baiklah, selamat malam” tulis Nana.
“selamat malam” balasnya.
Anton mengirim pesan mengajak
bertemu dengan Nana. “kamu bilang kamu ingin bertemu dengan gadis yang kusukai
bukan? datanglah ke Restoran Permata” tulis Anton dalam pesannya.
- BERSAMBUNG -
by : AshaAzolla & Inggar Diana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar